5 Fakta Sejarah Kode QR yang Menarik Diketahui, Terinspirasi dari Game

[Tanggal Kegiatan : 18/03/2023]

Di era digital seperti saat ini, keberadaan kode QR seolah sudah berdampingan dengan kehidupan sehari-hari. Saat kita membeli tiket transportasi umum, kita bisa menjumpainya. Saat pergi ke restoran, kita juga disuguhkan dengan kode tersebut untuk menampilkan menu hidangan.  Bahkan, pada saat adanya pandemik COVID-19, kode QR juga digunakan sebagai verifikasi data individu. Kamu pasti juga sering menjumpainya, bukan? Terlepas dari popularitasnya kamu sudah tahu belum bagaimana sejarah kode QR? Siapa yang menciptakannya dan kenapa desainnya berbentuk persegi dengan area hitam putih, ya? Nah berikut ini 5 fakta sejarah kode QR

1. Kode QR dibuat oleh seorang insinyur dan diluncurkan pertama kali pada tahun 1994

Masahiro Hara, seorang insinyur di perusahaan otomotif Denso Wave Jepang, adalah orang yang pertama kali mengembangkan kode QR atau Quick Respons code. Saat itu, ia berusia masih cukup muda, yaitu 35 tahun. Bersama seorang koleganya, yang kemudian menjadi anggota timnya, ia mengembangkan kode berbentuk kisi-kisi hitam putih tersebut. Gagasan ini muncul karena antusias pengguna barcode --yang terlebih dahulu digunakan-- akan kebutuhan alat atau kode yang bisa menampung lebih banyak informasi secara ringkas dan bisa dibaca dengan cepat. Pada saat itu, barcode hanya mampu menyimpan lebih sedikit informasi sehingga penggunaannya kurang efisien. Setelah beberapa kali percobaan dan kegagalan yang tak terhitung, pada tahun 1994 kode QR akhirnya diluncurkan. Ini menghabiskan waktu sekitar satu setengah tahun sejak proyek pengembangan pertama kali dimulai.

2. Kode QR merupakan pengembangan lebih lanjut dari barcode

Pada dasarnya, kode QR merupakan pengembangan lebih lanjut dari barcode, kode batang satu dimensi yang sudah ada sebelumnya. Pada tahun 1960-an, Jepang memasuki fase peningkatan ekonomi yang tinggi. Ini diikuti dengan menjamurnya keberadaan supermarket di berbagai tempat.Pusat-pusat perbelanjaan ini menerapkan sebuah sistem di mana semua harga barang harus dimasukkan ke dalam mesin kasir. Namun, karena banyaknya data yang di-input menyebabkan banyak keluhan para pekerja, seperti mati rasa di pergelangan tangan dan mengalami sindrom carpal turner.Pada saat itu, keberadaan barcode-lah yang membantu mengatasi hal tersebut. Sayangnya, seiring penggunaan barcode, ditemukan banyak kekurangan, terutama terkait kapasitas penyimpanan data dan kompleksitasnya.

3. Kode QR dapat mengkodekan sekitar 7.000 angka dan memiliki pembacaan 10 kali lebih cepat

Menyanggupi permintaan pengguna barcode, Masahiro Hara melakukan percobaan untuk membuat kode batang yang bisa menampung lebih banyak data dan lebih cepat dibaca. Dilansir laman Keyence, kode QR ini mampu menampung hingga sekitar 7.089 angka, 4296 karakter alfanumerik, dan 1817 karakter Kanji.Jika dibandingkan dengan barcode, jumlah ini sangat jauh berbeda. Saat itu barcode sendiri hanya bisa menyimpan data sekitar 20 karakter alfanumerik.  Selain itu, kode QR juga memiliki tingkat pembacaan 10 kali lebih cepat dibandingkan dengan kode lainnya.

4. Desain kode QR terinspirasi dari permainan Go Jepang

Kode QR dicirikan dengan pola dua dimensi berupa titik-titik hitam dan putih dalam sebuah kotak persegi. Nippon melansir, inspirasi teknologi ini datang dari permainan kegemaran Masahiro Hara, yaitu permainan Go Jepang. Saya biasa bermain Go saat istirahat makan siang. Suatu hari, saat mengatur potongan hitam dan putih di grid, saya tersadar bahwa itu mewakili cara penyampaian informasi yang lugas. Itu adalah momen eureka,” ungkap Hara yang dikutip dari Nippon, 10 Februari 2020.Berawal dari sini,  ia akhirnya mendesain sebuah kode mirip permainan kesukaannya tersebut; berupa kisi-kisi hitam putih yang menyimpan banyak sekali data. Pada beberapa sudutnya juga terdapat kotak persegi kecil yang digunakan sebagai "detektor posisi". Ini ditambahkan oleh Hara untuk memudahkan pembacaan kode lebih cepat oleh pemindai dan memungkinkan dibaca dari segala arah.

5. Perkembangan dan penyebaran kode QR

Mulanya, kode QR diadopsi oleh industri otomotif untuk sistem kanban elektronik mereka, yaitu alat komunikasi yang digunakan dalam sistem manajemen produksi. Kode ini ternyata berkontribusi besar dalam membantu menyelesaikan banyak tugas, mulai dari produksi, pengiriman, hingga penerbitan slip transaksi.Namun, karena terbatasnya alat yang bisa membaca atau memindai kode tersebut, penggunaan kode QR tidak terlalu berkembang pesat. Pada tahun 2002, ketika mulai ada pemasaran ponsel pintar yang bisa memindai kode QR, penggunaannya kemudian meroket di kalangan masyarakat umum Jepang.

Sumber : idntimes

Kerja Sama